Pages

make a snapshot efek




Langkah – langkah pembuatannya :

      1.   Buka Adobe Photoshop Cs 3
    2. Cari gambar yang akan diberi efek dan akan anda jadikan sebagai objek. File>Open>cari gambar / tekan Ctrl+0       


3. Aktifkan Rectangle Tool  pada Toolbox

   4.  Pada option bar Anda pilih Shape layer
        5. Ganti Fill menjadi 0%. Besar kecil nilai Fill hanya akan berpengaruh pada warna objek, berbeda dengan Opacity yang ikut mempengaruhi layer style.
          6. klik Add a layer style , lalu pilih Stroke.
          7. atur besar Size : 7px, Position : Inside dan pilih warna Putih, lalu klik Ok.
          8. Aktifkan seleksi pada shape dengan menekan Ctrl+Enter atau anda dapat menahan tombol Ctrl lalu klik pada Vector mask thumbnail.
       9. Dengan seleksi yang masih aktif, Anda klik Create new fill or adjustment layer , pilih Hue/Saturation.
       10. aktifkan Colorize dan ganti nilai Saturation menjadi 30, setelah itu klik Ok. Hasilnya foto pada bidang kotak akan tampak sepia.
       11.Balik warna pada Layer mask thumbnail dengan menekan Ctrl+I, kini warna di luar bidang kotak akan tampak sepia.
     12. selanjutnya anda pilih kedua layer (shape dan hue) lalu klik Link layer , untuk menghubungkan kedua layer tersebut.
      13.  Selanjutnya jika anda melakukan transformasi atau memindahkan salah satu shape maka akan mempengaruhi shape yang lain. Untuk melihatnya anda tekan Ctrl+T
       14. Anda coba pindahkan shape, rotasi atau perbesar ukurannya. Hasilnya kedua bidang akan bergerak secara bersamaan. Tekan Enter jika telah selesai.

-TAHAPAN SELESAI-


       

Al Aqsha Memanggil

Ayunkan langkahmu
Luruskan niatmu
Tetapkan azzammu
Janganlah kau ragu

Slamatkan Islammu
Bebaskan duniamu
Hadapi musuhmu
Hilangkan malasmu

Al Aqsha memanggil
Al Aqsha menyeru
Slamatkan Al Aqsha
Slamatkan! Slamatkan!!

Bakarlah smangatmu
Syahid menunggumu
Bebaskan Palestin
Bebaskan! Bebaskan!!

Slamatkan Al Quds yangmulia
Dari cengkraman durjana
Hancurkan Yahudi
Hancurkan! Hancurkan!!

Pastikan langkah sucimu
Bebaskan dunia Islammu
Menang atau syahid
Itu yang kau tuju

Al Aqsha Memanggil

sepatah duapatah dari saya

Man Jadda Wajada
(siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil)

Assalamualaikum
mungkin rada telat untuk perkenalan,tapi gapapalah,tak kenal maka ta'aruf

Nama saya Muhammad Agil Ramadhan seorang amatiran dalam dunia IT yang mencoba membuat blog
dan hasilnya seperti ini. :D

anak pertama dari 3 bersaudara yang mempunyai impian untuk berkunjung ke Al-Aqsha Palestina ini bersekolah di SMAN 1 Tambun Selatan dan aktif mengikuti berbagai macam organisasi seperti Rohis Sekolah,OSIS, dan Remaja masjid dilingkungan rumah. 

di besarkan dilingkungan USA (Urang Sunda Asli) saya dilahirkan di Bandung oleh OrangTua yang asli kelahiran tanah sunda. 

Ahlan Wa Sahlan di Blog saya, dan jangan lupa komentarnya
Syukron ..

Wassalamualaikum



Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah

alt




Tiada kesempurnaan  kecuali hanya milik Allah semata. Begitu juga dalam hal perbuatan, tiada manusia yang terlepas dari kesalahan dan dosa kecuali mereka yang telah Allah karuniakan kepadanya sifat maksum (terhindar dari dosa). Yaitu, Rasulullah  dan para rasul-rasul Allah yang lainnya. Sudah menjadi sunatullah atas
setiap hambaNya untuk melakukan kesalahan dan dosa. Akan tetapi, sebaik-baik dari mereka adalah yang bertaubat. Yakni, bersegera menyadari kesalahan dan dosa yang
telah diperbuat kemudian memohon ampunan atasnya dan berusaha menjaga diri untuk tidak mengulanginya di lain kesempatan.

Rasulullah  bersabda dalam haditsnya, “Setiap anak Adam itu berbuat kesalahan (dosa), namun sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat”. (HR. At-Tirmidzi 2499 dan Ibnu Majah 4251)

Taubat ialah kembali dari keadaan jauh dari Allah menuju kepada kedekatan denganNya. Yaitu, kembalinya seorang hamba kepada Allah setelah sebelumnya ia lalai bahkan bermaksiat kepadaNya kemudian bersegera mengakui kesalahan dan dosanya serta mengharapkan ampunan Allah atas perbuatan itu. Taubat itu mencakup seluruh perbuatan dosa dan kemaksiatan, baik yang lahir maupun yang batin. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa dosa-dosa yang batin bahayanya senantiasa lebih besar daripada dosa yang lahir. Karena, dosa yang lahir adalah nampak dan akan segera diketahui. Sedangkan yang batin adalah tersembunyi dan hanya diketahui setelah adanya perenungan dan timbulnya kesadaran.

Ibnu Atha’illah as-Sakandari membagi taubat kedalam dua ketegori, yaitu: taubat inabah, yaitu seorang hamba bertaubat karena takut dari siksaan. Dan taubat istijabah, yaitu seorang hamba bertaubat karena malu terhadap kedermawanan Allah . Perbuatan taubat mensyaratkan beberapa hal sebagaimana yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi, “ para ulama’ berkata, ‘bertaubat dari setiap dosa wajib dilakukan.

Apabila kemaksiatan yang dilakukan seorang hamba ialah maksiat antara antara dirinya dengan Allah dan tidak ada  kaitannya dengan hak anak Adam, ada tiga syarat (yang harus terpenuhi) : (1.) Meninggalkan kemaksiatan tersebut. (2.) Menyesali atas perbuatannya. (3.) Bertekad untuk tidak mengulangi kemaksiatan itu untuk selama-lamanya”. Adapun kalau kemaksiatan itu berkaitan dengan hak anak Adam, maka syaratnya ditambah dengan membebaskan dirinya dari hak-hak pemiliknya. Kalau hak-hak itu berupa harta atau yang semisal, ia harus mengembalikan kepada pemiliknya. Kalau berkaitan dengan menggunjing orang lain dan yang semisalnya,  maka ia harus mendapat jaminan darinya atau meminta maaf. Kesemuanya bertumpu pada keteguhan hati dalam menjalani proses taubatnya. Perumpamaannya adalah seperti
orang sakit yang sudah tahu bahwa buah-buahan bisa membuat penyakitnya bertambah parah. Lalu dia teguh hati untuk tidak memakan sedikit pun buah-buahan selagi dia masih sakit. Dan semua syarat tersebut haruslah terpenuhi. Kalau salah satu darinya tiada, maka taubatnya belum dianggap sah.

Diantara salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan taubat adalah bersegera dalam melakukannya. Allah  berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu kedalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai....” (QS At-Tahrim: 8)

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah memberikan dorongan kepada hamba-hambaNya yang beriman agar bertaubat dengan tubatan nashuha. Maksudnya, taubat yang sebenar-benarnya, yang dalam taubatnya tersebut orang yang melakukan dosa tak akan mengulanginya lagi. Selain itu, Allah juga menyebutkan balasan bagi orang yang bertaubat kepadaNya. Pertama, dosa-dosanya akan ditutupi. Kedua, ia akan dimasukkan kedalam jannah.

“... Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS An-Nuur: 31)  “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosanya,... (135) (QS Ali Imron:133-135)  
Akan tetapi, yang musti disayangkan adalah adanya sekelompok manusia yang sebenarnya mereka menyadari kesalahan dan dosa yang mereka lakukan, tetapi mereka merasa merasa sudah kepalang basah dan pesimis akan adanya ampunan dari Allah. Mereka menyangka bahwa dosanya yang sudah sedemikian besar sehingga tidak mungkin lagi untuk dimaafkan. Sungguh persangkaan seperti ini adalah persangkaan yang salah dan menyimpang dari apa yang diajarkan islam. Bahkan, bisa jadi ini adalah bentuk makar dan tipu daya setan untuk senantiasa menyesatkan manusia dari jalan kebenaran.

Apakah belum sampai kepada mereka kisah tentang taubatnya orang yang telah membunuh  99 orang, yang dalam prosesnya menjumpai seorang rahib untuk meminta petunjuk dan nasehat. Tetapi, bukannya nasehat yang dia dapatkan melainkan vonis bersalah. Maka, dia pun membunuhnya dan genaplah menjadi 100 orang jumlah yang terbunuh olehnya. Tapi yang musti dicatat, bahwa dia tidak berhenti sampai di sini. Dia terus berusaha mencari cara bertaubat dengan mendatangi rahib lainnya untuk meminta petunjuk.

Akhirnya, dia menemukan seorang rahib yang alim yang setelah dia menceritakan kisahnya sang rahib mengkhabarkan bahwa ampunan dan rahmat Allah lebih luas dibandingkan dengan dosa yang dia lakukan. Sang rahib kemudian mensyaratkan kepadanya dalam menjalani proses taubat untuk meninggalkan kampungnya yang rusak dan berhijrah menuju kampung yang baik. Ternyata di tengah perjalanan Allah berkehendak untuk mengambil nyawanya. Disini terjadi perdebatan antara malaikat rahmat dan adzab. Kemanakah dia akan dibawa, mendapat nikmat ke jannah atau dilemparkan dalam siksa api neraka dikarenakan proses pertaubatan yang belumlah selesai. Akhirnya datanglah malaikat yang lainnya yang menjadi penengah dan menyarankan untuk mengukur jarak yang telah ditempuh olehnya. Jika lebih dekat kapada tempat asalnya maka dia dibawa oleh malaikat adzab, tetapi jika lebih dekat dengan tempat tujuannya dia dibawa oleh malaikat rahmat. Singkat cerita, setelah diukur ternyata dia lebih dekat dengan tempat tujuan dan akhirnya dia di bawa oleh malaikat rahmat untuk mendapatkan nikmat.

Kisah ini seharusnya menjadi sebuah pelajaran yang berharga bahwa tidak sepantasnya bagi kita untuk berputus asa akan rahmat dan ampunan Allah. Bahkan sebaliknya, kita harus selalu optimis dan berbaik sangka kepadaNya. Tetapi, kita juga tidak boleh menafikan bahwa usahalah yang menjadi tolok ukur keberhasilan atas setiap perbuatan hamba, termasuk didalamnya taubat.
Firman Allah  : “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nisaa’:110) Dan firmanNya : “ ... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS Al-Baqarah: 222)
Rasulullah  bersabda: “Sekiranya kalian telah berbuat kesalahan(dosa) hingga sesalahan kalian mencapai langit, kemudian kalian bertaubat. Sungguh Allah akan menerima taubat kalian.” (HR Ibnu Majah 4258, Al-Albani berkata ‘hasan shohih’)
 


Doa, Proposal Pengubah Jalan Hidup Manusia

Manusia hidup dalam keterbatasan. Hal inilah yang kemudian mengilhami mereka untuk menciptakan pernyataan bahwa "tidak ada manusia yang sempurna". Dalam keterpurukan hidup dan kesempitan hati, sering kali mereka akhirnya sampai pada di titik nadir dan bernafas dalam pasrah.

Kesempatan inilah yang  kemudian mengilhami manusia untuk sekejap menengadahkan tangan memohon kepada yang Maha kuasa atas segala sesuatu. Semua terukir indah dalam lantunan doa yang dipanjatkan, dengan harapan bahwa kesulitan dapat terangkat dan beban hidup dapat berkurang.

Disinilah pula terletak pembuktian nyata betapa Allah sangat mengasihi dan Maha Kuasa atas para hambanya. Allah Subhanahu Wata'ala tidak akan pernah repot ataupun menolak segala keluh kesah mereka. Bahkan Allah Sang Maha Pengasih pun marah ketika manusia tidak meminta.

Doa yang kita panjatkan adalah bentuk nyata pengakuan dengan rendah hati bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha Penguasa Langit dan bumi. Permohonan yang kita sampaikan tersebut bukan lantas menjadikan kita manusia yang rendah. Yang terjadi justru sebaliknya, doa menghapus jarak hati manusia yang jauh dengan penciptanya.
...Doa yang kita panjatkan adalah bentuk nyata pengakuan dengan rendah hati bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha Penguasa Langit dan bumi...
Doa adalah pengakuan atas dosa yang sungguh-sungguh serta sebuah permohonan bagi pengampunan untuk diri yang berdosa. Lewat doa, bagi para manusia yang percaya,mereka akan kembali mendapatkan nafas hidupnya. Jelasnya, tanpa doa batin hidup manusia mungkin telah mengalami kematian.

Doa adalah pengakuan bahwa kita memerlukan pertolongan di luar batas kemampuan kita sendiri. Seseorang yang membentuk karakter dalam gaya hidup orang beriman, tentulah akan merajinkan dirinya untuk selalu lekat dalam permohonan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Doa juga merupakan jembatan pernyataan terima kasih dan syukur kita kepada Sang Maha Pencipta, atas apapun yang dianugrahkan kepada kita, baik kesenangan ataupun kesedihan.
...Doa ibarat sebuah proposal tentang beberapa perubahan jalan hidup kita selanjutnya. Tentunya menuju yang lebih indah. Karena itu doa menjadi tidak saja sekedar sebuah seremoni ritual, tetapi juga merupakan bentuk kesadaran manusia, bahwa manusia membutuhkan yang Maha sempurna untuk membantu mengubah hidup mereka menjadi lebih baik...
Benar adanya bila kita berpendapat bahwa memang tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini.  Setiap detik atas kesenangan dan kesedihan sudah digariskan. Dan lewat doa, kita seperti mengajukan sebuah proposal tentang beberapa perubahan jalan takdir kita selanjutnya. Tentunya menuju yang lebih indah. Doa adalah ibarat sebuah proposal di mana kita membeberkan apa kebutuhan dan latar belakang kita mengajukan permohonan itu, lengkap dengan tujuan, sasaran apa yang kita inginkan, kapan kita ingin mencapainya, dan metodologi atau proses apa yang akan kita lakukan dalam merealisasikan semua itu.

Semuanya secara rinci kita "tuliskan" dalam proposal tersebut. Dan akhirnya ... doa, tidak saja sekedar sebuah seremoni ritual, tetapi juga merupakan bentuk kesadaran kita sebagai manusia, bahwa ternyata dalam melakukan berbagai pekerjaan yang kita rencanakan, kita membutuhkan yang Maha sempurna untuk membantu kita.
Namun berdoa bukanlah sebuah bentuk pekerjaan pasif di mana kita menunggu dari Allah subhanahu Wata'ala tentang apa yang kita harapkan. Tetapi berdoa adalah perbuatan aktif di mana kita memberi laporan tentang diri kita kepada Nya.

Banyak orang lantas berpikir, mengapa saya sudah rajin meminta dan berdoa namun belum kunjung dikabulkan?

Pernahkah kita mengadakan kilas balik kualitas diri kita dalam berdoa?. Doa setiap hamba kepada Sang Khaliq akan selalu dikabulkan namun tergantung pada kualitas hambanya yang berdoa. Doa yang masih tertunda untuk terkabul mungkin adalah salah satu peringatan Allah kepada kita untuk memperbaiki kualitas diri dan ketaqwaanNya kepada Allah.

Pernahkah juga kita meneliti kembali ketaqwaan kita dalam berdoa?. Setiap orang yang berdoa agar doa dikabulkan hendaknya meningkatkan keimanan dan ketaqwaanNya, sehingga Allah memandang memang sepantasnya lah doa itu dikabulkan. Seperti seorang ibu yang mendoakan agar anaknya menjadi orang yang sholeh, namun si ibu tersebut menghabiskan waktu hidupnya untuk larut dalam pekerjaan duniawi saja, dan melupakan kewajibannya untuk mendidik anaknya tentang Islam. Maka agar mendapatkan anak yang sholeh, seperti permohonan dalam doa, dirinya wajib untuk meningkatkan kualitas ketaqwaannya.
...Yakinlah, ketika kita mencari Allah Subhanahu Wata'ala lewat khusuknya lantunan doa, kita pasti akan menemukanNya, kecuali jika kita tidak bersungguh- sungguh dalam menemukannya....
Pernahkah pula kita mengkaji ulang amal Kebaikan kita sebelum kita meminta hal itu dalam doa? Janji Allah Subhanahu Wata'ala untuk mengabulkan doa kita adalah nyata adanya, namun hal itu tentu saja berlaku jika kita memang telah pantas menerima nilai yang seharusnya kita terima. Lakukanlah dengan nyata kontribusi amal yang lebih besar daripada yang kita inginkan dalam doa. Amal kebaikan yang telah kita lakukan adalah salahsatu faktor penyebab dikabulkannya sebuah doa.

Berdoalah dengan sebenar- benarnya. Dan lupakanlah bahwa kita berdoa hanya untuk membuat telinga orang lain terkesan.  Sampaikan permohonan doa dengan tulus, dan ikhlas. Yakinlah, ketika kita mencari Allah lewat khusuknya doa, kita pasti akan menemukanNya, kecuali jika kita tidak bersungguh- sungguh dalam menemukannya....

Keutamaan Shaf Pertama dan Dekat dengan Khatib



Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Dialah yang menciptakan masa dan mengutamakan sebagiannya atas sebagian yang lain. Dia telah jadikan Ramadhan sebagai bulan terbaik atas bulan-bulan lainnya, Jum’at sebagai hari terbaik dalam sepekannya, dan menjadikan lailatul qadar sebagai malam terbaik dalam setahunnya.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Manusia terbaik, paling bertakwa dan takut kepada Rabbnya, yaitu Nabi Muhammad Shallalahu 'alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Shalat Jum'at adalah amal ibadah yang paling khusus dan istimewa pada hari Jum'at. Pelaksanaanya memiliki kekhususan yang berbeda dengan shalat-shalat lainnya, khususnya Dzuhur yang sama waktunya. Dari cara bersuci, sangat dianjurkan untuk mandi besar sebagaimana mandi janabat. Cara berpakaian, sangat dianjurkan memakai pakaian terbagus dan menggunakan wewangian. Berangkatnya ke masjid, sangat-sangat dianjurkan lebih awal dengan janji pahala yang lebih besar daripada yang datang berikutnya. Sebelum shalat dimulai, diawali dengan khutbah yang harus diperhatikan dengan seksama oleh jama'ah. Jama'ah tidak boleh tidur, mengobrol dan berbicara dengan kawannya, atau sibuk dengan kegiatan yang bisa memalingkan dari mendengarkan khutbah.
Berdasarkan keistimewaan ini, maka selayaknya seorang muslim bersemangat mendatanginya. Berpagi-pagi menujunya, sebagaimana para salaf menjadikannya sebagai tradisi mereka.
Diriwayatkan dari Aus bin Aus radliyallah 'anhu, berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
"Barangsiapa mandi pada hari Jum'at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun." (HR. Abu Dawud no. 1077, al-Nasai no. 1364 Ahmad no. 15585)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Nabishallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَقَفَتْ الْمَلَائِكَةُ عَلَى أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ فَيَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ إِلَى الْجُمُعَةِ كَمَثَلِ الَّذِي يُهْدِي بَدَنَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَقَرَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي كَبْشًا ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي دَجَاجَةً ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ وَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ طَوَوْا صُحُفَهُمْ وَجَلَسُوا يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ
"Jika tiba hari Jum'at, maka para Malaikat berdiri di pintu-pintu masjid, lalu mereka mencatat orang yang datang lebih awal sebagai yang awal. Perumpamaan orang yang datang paling awal untuk melaksanakan shalat Jum'at adalah seperti orang yang berkurban unta, kemudian yang berikutnya seperti orang yang berkurban sapi, dan yang berikutnya seperti orang yang berkurban kambing, yang berikutnya lagi seperti orang yang berkurban ayam, kemudian yang berikutnya seperti orang yang berkurban telur. Maka apabila imam sudah muncul dan duduk di atas mimbar, mereka menutup buku catatan mereka dan duduk mendengarkan dzikir (khutbah)." (HR. Ahmad dalam Musnadnya no. 10164)
Pada hadits pertama menjelaskan bahwa berangkat pagi-pagi ke masjid menjadi syarat untuk mendapatkan keutamaan pahala shalat Jum'at dengan sempurna. Dan berangkatnya ke masjid disunnahkan dengan berjalan kaki. Karena itu Imam al Nasai dan al Baihaqi membuat bab khusus dalam kitab mereka, "Keutamaan berjalan kaki untuk shalat Jum'at."
Abu Syamah berkata, "Pada abad pertama, setelah terbit fajar jalan-jalan kelihatan penuh dengan manusia. Mereka berjalan menuju masjid jami' seperti halnya hari raya, hingga akhirnya kebiasaan itu hilang." Lalu dikatakan, "Bid'ah pertama yang dilakukan dalam Islam adalah tidak berangkat pagi-pagi menuju masjid." (Dinukil dari Akhtha' al Mushalliin -edisi Indonesia: Kesalahan-kesalahan dalam shalat-, Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan, hal. 236)
Sedangkan pada hadits kedua dijelaskan kerugian bagi orang yang terlambat datang ke masjid sehingga imam naik mimbar. Yakni, para malaikat menutup buku catatan mereka dan tidak mencatat tambahan pahala bagi orang-orang yang datang dan masuk ke masjid setelah imam naik mimbar.
Dalam sebuah hadits yang dihasankan oleh Syaikh al Albani, dari Abu Ghalib, dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Para Malaikat duduk pada hari Jum'at di depan pintu masjid dengan membawa buku catatan untuk mencatat (orang-orang yang masuk masjid). Jika imam keluar (dari rumahnya untuk shalat Jum'at), maka buku catatan itu dilipat."
Kemudian Abu Ghalib bertanya, "wahai Abu Umamah, bukankah orang yang datang sesudah imam keluar mendapat Jum'at? Ia menjawab, "Tentu, tetapi ia tidak termasuk golongan yang dicatat dalam buku catatan."
Memilih Shaf Pertama dan Dekat dengan Imam
Bagi jama’ah yang sudah sampai ke masjid, hendaknya dia memilih shaf (barisan) pertama yang dekat dengan imam. Karena di samping shaf pertama memiliki keutamaan yang besar juga lebih jelas untuk menyimak khutbah imam.
Diriwayatkan dari Aus bin Aus radliyallah 'anhu, berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
"Barangsiapa mandi pada hari Jum'at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun." (HR. Abu Dawud no. 1077, al-Nasai no. 1364 Ahmad no. 15585)
Sesungguhnya shaf pertama dalam shalat berjama’ah dan juga shalat Jum’at memiliki keutamaan yang agung dan pahala yang besar di sisi Allah Ta’ala. Sehingga Nabi kita menjelaskan,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا
Seandainya manusia mengetahui pahala yang terdapat dalam panggilan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan kecuali dengan diundi, niscaya mereka melakukannya.”(HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Imam Ahmad mengeluarkan sebuah hadits dari Abu Umamah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya membacakan shalawat atas shaf pertama.” Beliau sampaikan itu sampai dua kali, baru shaf yang kedua.
Masih dari Musnad Imam Ahmad, dari hadits al-‘Irbadh bin Sariyyah, bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi Wasallambershalawat atas shaf pertama sebanyak tiga kali dan atas shaf selanjutnya hanya sekali.
Dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi Wasallam mengancam bagi orang yang sengaja memilih shaf belakang/akhir.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى فِي أَصْحَابِهِ تَأَخُّرًا فَقَالَ لَهُمْ تَقَدَّمُوا فَأْتَمُّوا بِي وَلْيَأْتَمَّ بِكُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللَّهُ
Rasulullah Shallalahu 'alaihi Wasallam melihat ada yang mengambil saf belakang. Maka beliau bersabda: “Majulah kalian dan ikutilah aku, dan hendaklah yang setelah kalian mengikuti kalian. Kaum yang senantiasa mengambil shaf akhir akan diakhirkan Ta’ala (dari masuk ke dalam surga). (HR. Muslim dari Abu Sa’id al Khudri)
Semoga Allah memberikan tambahan hidayah dan taufik kepada kita sehingga bisa mendapatkan pahala besar yang disediakan pada hari Jum’at. Sehingga kelak akan menjadi modal utama untuk kita masuk surga dalam rombongan pertama. Amiin. 

voa-islam.com